Bongkar Pasang Pria & Wanita Papua Dipengaruhi Teknologi Komunikasi

Tulisan Ini Sengaja Saya Bagi Menjadi IV (Empat Bagian) Yang Sengaja Tidak Di Berikan Sub Tema, Agar Pembaca Di ajak Lebih Kreatif Dalam Menganalisa Suatu Bacaan Kosong dan Mendiskripsikannya Menjadi Sebuah Topik.



Bigian I
Kurangnya perhatian terhadap satu individu, ataupun kelompok sangat banyak mempengaruhi bagian utama atau pun bagian kedua atau-pun bagian-bagian yang lainnya dari proses yang berlangsung dan sedang terjadi, walaupun itu dalam proses yang sudah lampau ataupun proses yang akan terjadi nantinya.

Secara sederhana, saya jabarkan dalam posisi, seorang pasangan wanita dan pria, memang kita hidup di dunia ini berpasang-pasangan, namun hal ini sudah tidak lagi menjadi dasar yang kuat, pada era sekarang ini, memang di beberapa bagian bumi lainnya hidup berpasang-pasangan bukan adalah dasar yang menjadi aturan/ataupun pilihan, hal ini berkaitan dengan, nilai-nilai budaya yang kuat dan mengabaikan untuk hidup berpasang-pasangan “Sepasang pria dan wanita, berarti tak boleh ada pria/wanita lain dalam situasi/hubungan ini”.

Hidup berpasang-pasangan secara luas, bukan saja antara dua orang pria dan wanita, namun seluruh makhluk hidup di jadikan untuk hidup perpasang-pasangan, seperti hewan, tumbuhan dan semua hal yang di ciptakan di dalam dunia ini. Namun di atas semuanya itu ada Manusia yang memiliki akhlak, dan semua keistimewaan. Dan hal ini juga di tuliskan jauh pada perdaban kuno, hingga perdaban dimana sejarah Injil/kebenaran di sampaikan. Dan hal ini juga di tuliskan dalam kitab-kitab suci agama yang ada di dunia ini.


Dari banyak pengajaran mengenai tata dan cara hidup, sudah banyak di sampaikan oleh, tulisan Penginjil, Imam/Rawi, Bhiksu dan para penyebar agama lainnya, mereka ini menyampaikan ajaran untuk membentuk satu perilaku, moral, dan akhlak yang lebih baik, dari kehidupan di dunia. Apa yang menjadi pengajaran masing-masing agama ini sudah ada beberapa abad yang lalu, namun hingga sampai saat ini, penerapannya belum menemui titik tercapainya tujuan dari penyampaian yang di terapkan secara konsisten dalam kehidupan.


Ibaratnya ada sebuah produk handphone di ciptakan dan akan di rilis, akan banyak sekali peminat yang ingin mempelajari produk ini dengan membelinya dan mencobanya sendiri, dan setelah di coba, perasaan pertama pasti akan sangat senang, karena kelebihan dari produk yang baru ini, namun setelah tahun berganti nilai dari produk ini sudah lagi tidak memberikan kesenangan pada penggunanya, perasaan jenuh/bosan akan muncul karena sudah tidak ada lagi adanya bagian menarik dari pada handphone tersebut yang dapat di pelajar lagi, semua sudah di ketahui. Mungkin penjabarannya sama seperti sebuah pengajaran agama, semakin tahun berganti semakin jenuh juga penganut, sehingga pengajaran yang di berikan akan di abaikan dengan mencari kesengan yang lain, dan hal itu melanggar nilai dasar dari pengajaran agama.


Bagian II
Mengapa saya menulis tulisan ini, berawal dari komputer yang terhubung internet, saya mengisi waktu luang dengan menonton film streaming dari salah satu website, belum berlangsung 20 menit sejak Star film tersebut, ada adegan yang membuat saya agak sedikit kurang setuju. Kenapa saya tidak setuju, Berikut sinopsis dari film tersebut : Seorang wanita yang adalah peneliti pada bidang teknologi komputer, menciptakan obat untuk merubah cara kerja otak agar dapat bekerja atau melakukan perjalanan kemanpun hanya dari tempat dimana sang pengguna berada, perempuan ini memeliki seorang pasangan yang terbaring di rumah sakit karena kecelakaan dan tak sadarkan diri hingga beberapa bulan, hanya terbaring di rumah sakit dengan alat bantu medis, dalam penelitian yang merupakan pekerjaannya, perempuan tersebut mengalami tingkat kejenuhan, dalam pekerjaannya dan mengambil keputusan untuk tidur/bersetubuh dengan teman kerjanya sesama peneliti. Adegan ini yang membuat saya tidak setuju, dan berpikir sejenak, dan sayapun tidak melanjutkan menonton film tersebut, kemudian saya menuangkan segala pemikiran yang tidak setuju itu ke dalam tulisan ini.

Mungkin merupakan hal baru di Papua, sejak awal 2007 hingga 2017 masuk dan berkembangnya teknologi serta peningkatan sarana prasarana telekomunikasi saat ini, sudah banyak sekali merubah perilaku manusia di Papua, dalam jangka 10 tahun, sudah masuk dan merubah berbagai sisi kehidupan, serta elemen-elemen yang sangat penting, seperti Gereja, Masjid, Pura, Vihara, Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dalam menyampaikan nilai-nilai luhur yang baik. Sekarang hanya sedikit manusia di Papua yang masih tetap mempertahankan nilai-nilai luhur, dan mereka adalah orang-orang tua yang memang jarang untuk ingin mengetahui perkembangan teknologi dan berpegang teguh pada ajaran-ajaran terdahulu, hanya sedikit anak muda yang masih mempertahankan nilai-nilai baik, walaupun sudah masuk dalam era teknologi komunikasi, kelompok anak muda ini, adalah mereka yang memiliki pengertian baik, “pengertian yang baik” kembali lagi kepada pembaca, memberikan penilaian kalian masing-masing.


Bagian III

Kembali lagi pada hidup berpasang-pasangan, menurut nilai agama, yang kuat di ajarkan di Papua. Berpasangan berarti satu orang pria dan wanita, di luar dari penganut kebudayaan yang kuat, satu orang pria dan wanita tanpa ada pihak lain, seperti selingkuhan wanita atau pria lain Kasus perselingkuhan di Papua atau di daerah manapun di seluruh dunia memang bukan hal baru, hal ini sudah berlangsung lama, namun saya akan membahas mengenai perilaku di Papua sejak era 90-an, hingga saat ini, walaupun memang saya belum lahir pada saat itu. Di lihat dari perkembangan dan kasusnya, tidak begitu meningkat setiap tahunnya baik yang sudah terdata pada pihak Hukum, Adat, LSM dan Penyampaian dari para korban langsung. Perkembangan pesat terjadi pada era tahun 2000 setelah teknologi komunikasi, mulai banyak di gunakan di Papua, banyak kasus terjadi sehingga menimbulkan banyak persoalan seperti tangisan kesedihan, sakit hati, kematian, pertikaian antara kelompok keluarga, kebencian, inti dari semuanya itu adalah rusaknya generasi muda, karena tekanan mental, tidak mendapat pendidikan, dan perhatian akibat keluarga yang rusak. Pada tahun 2007 menurut saya adalah awal semua bentuk kerusakan perilaku, akibat pengaruh masuknya akses komunikasi internet, karena di saat itu juga saya mengenal dunia internet dan segala bentuk tawaran kemudahan di dalam fasilitas komunikasi ini, tahun berganti perangkat komunikasi berkembang semakin menjebak muda-mudi di Papua, dalam pergaulan hari-hari.


Bagian IV

Banyak muda-mudi, mendapat pengetahuan dan informasi dari layanan teknologi komunikasi, namun tak di ikuti dengan mental yang baik pula, karena tahapan ataupun pola pengetahuan mengenai pemanfaatan media telekomunikasi yang tidak mengikuti tahapan dan proses, atau tidak di sampaikan dalam pendidikan saat ini.

Potensi untuk rusaknya generasi muda yang baik di mulai dari kurangnya pengetahuan dan pengawasan yang baik pula akan penggunaan teknologi komunikasi, untuk tahun 2017 ini saja, perilaku menyimpang sangat terlihat jelas di dunia komunikasi khususnya media sosial, yang menghubungkan berbagai orang dari berbagai tempat yang berbeda dalam satu wilayah, ataupun wilayah lainnya. Komunikasi yang sering menimbulkan rasa, besar kemungkinan untuk terjadi hubungan lanjut, dan bukan lagi berpasang-pasangan namun menjadi bongkar pasang.


Mari tingkatkan pemahaman, akan nilai-nilai dasar, dan juga pengetahuan akan penggunaan teknologi komunikasi yang baik dan benar serta tepat sasaran, untuk tujuan kehidupan yang lebih baik.


Oleh: Schoten

Kutipan Gambar


1. Kitab Suci, UUD Adat


2. Kartun Selingkuh


3. ScrenShoot





Komentar